Segala sesuatu adalah racun dan tidak ada yang tanpa racun. Hanya dosis yang membuat sesuatu menjadi bukan racun.” [Bapak Toksikologi, Paracelsus]
Kita selalu mengonsumsi buah maupun sayuran. Terkadang banyak sekali kandungan gizi dan serat yang dikandungnya. Sebelum mengkonsumsi, sebaiknya kita analisisnya terlebih dahulu. Salah satu contohnya adalah penggunaan berbagai pestisida. Untuk menghindari dari bahaya tersebut ada satu ataupun dua cara yaitu buah dan sayuran dengan disiram air untuk menghilangkan pestisida yang sudah menepel di buah dan sayuran. Cara tersebut sebenarnya boleh saja dilakukan, asalkan sesuai dengan aturannya. Di samping itu, masalah lain yaitu menimpa berbagai jenis buah dan sayuran yang berasal dari luar negeri. Biasanya menggunakan zat pengawet agar buah dan sayuran yang dikirim bias tahan lama dan tetap tampak segar ketika sampai ke tangan konsumen. Misalnya buah yang akan dikirim dilapisi dahulu dengan parafin (sejenis zat lilin) agar terlihat segar dan ketika dimakan pun enak.
Banyak sekali factor yang bias membuat penyebab mengapa buah dan sayuran yang aslinya sehat kemudian menjadi berbahaya dan tidak layak dikonsumsi, antara lain yaitu karena pengolahan yang salah maupun karena factor eksternal lainnya. Buah dan sayuran sebenarnya kaya akan berbagai vitamin, mineral, serat, dan tidak mengandung lemak berbahaya. Buah-buahan yang mengandung nutrisi penting dan terbatas dari zat aditif buatan yang sangat baik bagi pertumbuhan anak-anak. Namun demikian, sayangnya tidak semua buah layak untuk dikonsumsi, karena mengandung berbagai zat berbahaya, seperti :
a. Patogen
Bakteri Patogen sering terdapat pada buah-buahan segar yang diakibatkan oleh factor eksternal, contohnya buah-buahan yang ada di supermarket, umumnya disimpan di wadah yang terbuka. Beberapa calon pembeli biasanyaakan memegang buah untuk memastikan kondisinya. Disamping itu, banyak pula pathogen yang ditularkan lewat udara dan sangat mudah menempel pada buah.
b. Reaksi Alergi
Orang dapat merasakan alergi terdapat segala hal, termasuk buah-buahan. Reaksi alergi bervariasi dari sedikit gatal di mulut, ruam kulit, sampai muntah-muntah. Orang dengan sindrom iritasi usu besar dapat sanget sensitive terhadap buah-buahan tertentu.
c. Pestisida
Di awal kita sudah menyinggung tentang pestisida. Pestisida yang terdapat pada kulit buah meninggalkan residu yang dapat merembes hingga ke bagian dalam buah. Kalau sudah mengendap di dalam maka buah tersebut di konsumsi mausia secara tidak langsung kita telah memakan racun. Ada empat jenis pestisida yang popular, yaitu Captan, Iprodine, Malathion, dan Karbaril. Dua jenis pestisida, yaitu mesin pembunuh manusia, karena bias menyebabkan penyakit kanker(karsinogenik).
d. Jamur
Buah sangat rentan terhadap cuaca. Apabila buah sudah terkena benturan dan terjadi memar, maka buah tersebut kemungkinan besar akan mudah terserang jamur dan akhirnya membusuk. Memang, kalau kita lihat dari luar, jamur tersebut tidak begitu terlihat. Selain itu, terlihat pula dari perubahan warnanya yang agak pucat, bernoda, dan terlihat kusam.
Mikotoksin yang berasal dari jamur dapat menyebabkan berbagai macam gangguan kesehatan, seperti gangguan pencernaan, syaraf, liver dan jantung. Jika melihat buah terkea jamur maka segeralah membuang dan jangan dikonsumsi. Salah satu jenis jamur adalah Deadly Conocybe.
Mikotoksin yang berasal dari jamur dapat menyebabkan berbagai macam gangguan kesehatan, seperti gangguan pencernaan, syaraf, liver dan jantung. Jika melihat buah terkea jamur maka segeralah membuang dan jangan dikonsumsi. Salah satu jenis jamur adalah Deadly Conocybe.
Beragam reaksi dapat terjadi akibat mengonsumsi buah dan sayuran yang mengandung zat-zat beracun. Ada yang reaksinya cepat, seperti mengalami mual dan muntah-muntah serta diiringi dengan sakit perut yang teramat hebat. Pda kasus yang serius, kondisi ini bias menyebabkan korban mengalami kejang-kejang, koma, bahkan bias menyebabkan kematian.
Sedangkan reaksi lambat, maka tidak menimbulkan hal-hal yang aneh dan berbahaya ketika selesai mengonsumsinya. Dibutuhkan waktu yang relative lama, sehingga tidak menyadari dampaknya secara langsung. Perlahan namun pasti, zat yang terkandung dalam makanan tersebut akan tertimbun dalam tubuh dan menimbulkan berbagai reaksi bahaya yang secara perlahan-lahan menggeroti dan merusak sel-sel tubuh.
3. Kebun Sayur di Pinggir Jalan Ternyata Berbahaya
Manusia bias menderita sakit akibat menghirup udara yang tercemar, maupun akibat mengonsumsi makanan yang tercemar logam berat. Banyak sekali tanaman seperti buah sayur, padi, rumput, beberapa jenis leguminosa untuk pakan ternak, sayuran yang terkontaminasi logam berat. Umumnya daging ternak yang makan rumput mengandung logam berat atau tanaman yang ditanam pada lingkungan yang tercemar.
Beberapa produsen maanan sering menggunakan kertas koran bekas. Perbuatan ini sebernarnya tidak dianjurkan, karena menyebabkan terjadinya migrasi logam berat dari tinta Koran bekas tersebut. PVC (Poly Vinyl Chloride) dan Styrofoam pun memungkinkan terjadi migrasi arsen ke makanan, karena terbuat dari bahan yang beraroma kuat.
Berikut ini beberapa pernyataan para ilmuwan setelah melakukan penelitian pada makanan yang mengandung logam berat :
Berikut ini beberapa pernyataan para ilmuwan setelah melakukan penelitian pada makanan yang mengandung logam berat :
a. Sayuran yang ditanam di tepi jalan raya mengandung kontaminan timbal cukup tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kandungannya sebesar 28,78 ppm, jauh di atas batas aman yang diizinkan Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan, yaitu sebesar 2 ppm (Winarno, 1997).
b. Bahan pangan lainnya yang dilaporkan memiliki kadar timbal yang tinggi adalah kaleng (50-100 mkg/kg) , ikan (170mkg/kg). Kelompok yang paling tinggi adalah kerang-kerangan(molusca) dan udang-udangan (crustacean), yaitu rata-rata lebih tinggi dari 250 mkg/kg (Winarno dan Rahayu, 1994).
c. Jenis logam berat yang sering mengendap pada makanan adalah Pb, Cd, Cu, dan Zn. Menurut sebuah hasil penelitian, kandungan merkuri pada beras yang dipanen dari sawah yang berasal dari aliran limbah pegunungan emas tradisional di NUnggul dan Kalongliud sekitar Pongkor, Bogor, Jawa Barat, masinh-masing mencapai 0,45 dan 0,25 ppm (Sutono, 2002).
d. Tembaga (Cu) terkandung dalam sayuran atau buah-buahan jika diberi pestisida dalam jumlah yang banyak.
4. Jangan Salah Memakan Buah-Buahan
Hampir seua orang masuk dalam jenis omnivore(pemakan hewan dan tumbuh-tumbuhan). Hasil penelitian menyebutkan bahwa ada orang yang bias hidup hanya engonsumsi buah-buahan dan kacang-kacangan. Ternyata, mengonsumsi buah-buahan dan kacang-kacangan tidak membuat orang kekurangan gizi. Bahkan kebiasaan tersebut bias membuat orang tetap sehat dan bugar.
Ada xara memakan buah-buahan yang selama ini dianggap benar dan sudah terlanjur menjadi kebiasaan semua orang. Padahal apa yang selama ini dilakukan sebenarnya salah kaprah dan tidak baik bagi kesehatan. Kebiasaan tersebut adalah:
a. Buah-buahan dimakan sebagai makanan penutup, yaitu dimakan setelah makan nasi.
b. Buah-buahan dicampur susu, biasanya dalam bentuk jus buah, es buah, atau es campur.
c. Buah-buahan dimasak, misalnya unutk dibuat manisan buah.
Cara mengonsumsi buah-buahan tersebut keliru. Cara yang benar adalah:
a. Buah-buahan harus diamakan dalam keadaan perut kosong, bukan setelah perut kenyang seperti kebiasaan selama ini.
b. Buah-buahan tidak boleh dicampur dengan susu atau biji-bijian.
c. Buah tidak boleh dimasak.
Jika makanan setelah makan, buah akan diam di atas makanan karena tidak bias bergerak ke usus. Hal ini menyebabkan buah mulai membusuk dan menyebabkan penyakit penyakit seperti meningkatnya asam lambung, gangguan pencernaan, gas, kalik, sembelit, dan gangguan penyakit lainnya.
Posting Komentar